|
---|
Saturday, March 20, 2010
Peradaban Suku Maya
BANGSA MAYA KUNO DI LEMBAH YUCATAN
Bangsa Maya Kuno
Penghuni asli Lembah Yucatan adalah orang-orang berkulit cokelat dan berambut hitam. Orang-orang ini menyebut diri mereka Bangsa Maya. Bangsa Maya sudah tinggal di Lembah Yucatan sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Sampai sekarang bangsa Maya masih hidup dan tinggal di Lembah Yucatan. Bangsa Maya yang hidup sampai tahun 1500 Masehi disebut bangsa Maya Kuno.
Hutan dan Hujan
Lembah Yucatan terletak di batas utara daerah tropis. Tepatnya di daerah 10o-22o Lintang Utara. Matahari bersinar terang sepanjang hari di Lembah Yucatan. Udaranya panas dan lembab. Hujan turun selama 6 bulan sepanjang bulan Mei sampai bulan Oktober. Musim kemarau berlangsung selama bulan November sampai bulan April. Di daerah tropis tanaman tumbuh sangat cepat. Oleh karena itu, Lembah Yucatan penuh hutan yang sangat lebat. Lembah Yucatan tidak banyak mempunyai air. Air tanah hanya bisa diperoleh setelah menggali sumur sedalam 500 meter. Bangsa Maya Kuno hanya dapat memperoleh air dari hujan dan rawa-rawa di hutan.
Petani Jagung
Bangsa Maya Kuno tinggal di hutan yang sangat lebat. Bangsa Maya Kuno harus menebang dan membakar hutan agar tersedia tanah untuk menanam jagung. Jagung ditanam saat tanah gembur kena air hujan. Untuk mengairi kebun jagungnya, bangsa Maya Kuno membuat saluran air dari rawa-rawa ke kebun jagung. Sayangnya, tanah Lembah Yucatan kurang subur. Tanah hanya bisa ditanami selama 3 kali panen. Setelah panen ketiga, bangsa Maya Kuno harus menebang hutan dan menunggu hujan turun lagi. Bangsa Maya Kuno harus tahu kapan musim hujan tiba. Jika mereka terlambat menyiapkan kebun jagung, maka bangsa Maya Kuno tidak akan punya jagung untuk dimakan.
Penagamat Langit
Bangsa Maya Kuno berusaha menandai kapan musim hujan tiba. Bangsa Maya Kuno melihat tanda-tanda alam di sekitarnya. Saat itu, di sekitar bangsa Maya Kuno ada pohon, binatang, dan langit. Manakah yang bisa dijadikan penanda hujan akan tiba?
Ternyata, musim hujan bisa ditandai dengan gerak matahari, bulan, dan bintang. Benda-benda langit menjadi penanda musim bagi bangsa Maya Kuno. Bangsa Maya Kuno mengamati gerak matahari, bulan, dan bintang dengan sangat teliti. Hasil pengamatan bangsa Maya Kuno sangat tepat, meskipun pengamatan itu hanya dilakukan dengan mata telanjang. Bangsa Maya Kuno adalah pengamat langit yang hebat.
LANGIT BANGSA MAYA KUNO
Belum ada lampu kota yang menyilaukan mata saat 3000 tahun yang lalu. Bangsa Maya Kuno hanya melihat malam gelap penuh bintang. Bintang-bintang tampak sangat cemerlang. Beberapa benda langit dianggap sangat penting oleh bangsa Maya Kuno.
Bintang Teko Air
Sesudah matahari terbenam di bulan Agustus, bangsa Maya Kuno melihat rasi bintang berbentuk teko air di langit utara. Bintang itu dinamai Xam-aan. Artinya teko yang mencurahkan air. Bangsa Maya Kuno menandai jingka bintang Xam-aan muncul, berarti musim badai dan banjir telah tiba.
Matahari Jagung
Matahari sangat menarik bagi bangsa Maya Kuno. Cahaya matahari keemasan seperti biji jagung. Ketika matahari terbit, bangsa Maya mulai menanam jagung di kebun. Ketika matahari tenggelam bangsa Maya tidak dapat berbuat apa-apa karena malam gelap gulita.
Bangsa Maya Kuno mengamati bagaimana matahari bergerak di siang hari. Mereka memperhatikan ada hari dimana matahari berada tepat di atas kepala. Artinya, matahari tidak membuat bayangan saat berada tepat berada di atas kepala. Bangsa Maya Kuno lalu menandai hari tersebut. Bangsa Maya Kuno juga menghitung berapa hari dibutuhkan matahari untuk kembali di posisi tersebut. Hasilnya adalah 365 hari.
Bintang Ekor Ular
Bangsa Maya Kuno mempunyai rasi bintang Ekor Ular atau Tzab-Ek. Bangsa Maya Kuno menganggap nenek moyang mereka berasal dari rasi bintang Tzab-Ek.
LEGENDA GALAKSI MILKY WAY
Galaksi Milky Way adalah kumpulan bintang, planet, dan awan gas. Di langit malam galaksi Milky Way persis kabut putih yang panjang terbentang. Bangsa Maya Kuno menganggap galaksi Milky Way sangat penting. Galaksi Milky Way mempunyai banyak nama, wajah, dan cerita bagi bangsa Maya Kuno. Terutama, galaksi Milky Way yang tampak di langit pada tanggal 13 Agustus.
Pohon Ceiba di Langit
Pada malam tanggal 13 Agustus, bangsa Maya Kuno melihat galaksi Milky Way persis Pohon Ceiba. Galaksi Milky Way berdiri tegak di langit utara mitip batang pohon. Bagian atas Mliky Way melebar persis ranting pohon. Di tengah ranting Milky Way ada celah gelap yang memisahkan ranting pohon. Bangsa Maya Kuno menyebut celah gelap itu Lubang Dunia Kegelapan atau Xibalba.
Legenda Bangsa Maya Kuno mengatakan pada zaman dahulu Bumi terbentuk gara-gara Milky Way. Saat Milky Way berdiri tegak seperti Pohon Ceiba, maka terangkatlah langit ke atas. Akar, batang, dan ranting “Pohon Milky Way” menghubungkan langit dan bumi. Bagi bangsa Maya Kuno, saat itulah Bumi dan langit lahir.
Perahu Dewa Jagung
Lewat tengah malam di tanggal 13 Agustus, galaksi Milky Way berubah persis perahu. Bangsa Maya Kuno percaya Dewa Matahari Jagung sedang naik perahu mengarungi Dunia Kegelapan Xibalba untuk menang kembali.
Ular Xibalba
Milky Way berubah menjadi ular putih di bulan Desember. Kepala ular putih berada di rasi bintang Gemini. Di kepala ular putih tampak taring tajam. Bangsa Maya mengamati matahari melintasi posisi taring tajam putih pada tanggal 21 Desember. Itu berarti Dewa Matahari Jagung telah berhasil melalui Dunia Kegelapan. Bangsa Maya Kuno percaya dunia akan jadi cerah kembali setelah Matahari melintasi ular Xibalba di langit.
Negeri Pohon Ceiba
Di benua Amerika sebelah selatan terbentang lembah besar, bernama Lembah Yucatan, Mexico. Lembah Yucatan dipenuhi pepohonan hijau. Sejauh mata memandang hanya ribuan jenis pohon.
Namun, ada satu pohon yang menjulang tinggi. Batang pohon itu sangat lurus dan besar. Akarnya seperti cakar-cakar besar yang menghujam ke tanah. Rantingnya juga membentang seperti cakar yang menggapai langit. Jika manusia duduk di bawah pohon itu dan mendongak ke atas maka pohon itu seperti jalan menuju langit. Itulah Pohon Ceiba atau Pohon Kapuk. Pohon Ceiba menjadi pohon keramat bagi penduduk yang tinggal di Lembah Yucatan.